Cari Disini / Search Here

Google
 

Wednesday, August 22, 2007

KEMATIAN YANG INDAH


ADA orang yang matinya indah, lancar, gampang. bahkan tampaknya gembira dan tersenyum. Dan ada pula yang matinya seret, susah, menakutkan, disertai oleh kejangan-kejangan, berbelit-belit menghempaskan badan ke kiri dan ke kanan, sambil bunyi sesak nafas dan bersuara yang seram.
Keadaan yang demikian, bukan saja menurut persaksian orang-orang yang sering menghadiri atau melepas orang menghembuskan nafas terakhir, tetapijuga diakui dan diterangkan oleh Islam dengan Hadis dan ayat-ayat al-Quran. Kematian yang seret, susah dan menakutkan itu diterangkan al Quran: "Ingatlah bila roh sudah sampai di kerongkongan. Ditanyakan: Siapakah lagi yang dapat menyembuhkan? Yakinlah ia bahwa perpisahan (mati) sudah datang.

Berbelitiah kepayahan demi kepayahan. Kepada Tuhanmu di hari itu ia akan kembali. Padahal ia tidak membenarkan (ajaran Allah) dan tidak ber-sembahyang. Bahkan senantiasa mendustakan dan berpaling. Laild kembali mendapatkan keluarganya dengan bersombong diri. Celakalah engkau dan celaka. Lagi sekali celakalah engkau dan celaka. " (al-Qiamah: 26-35)
Demikian pula Hadis yang menerangkan susah dan seretnya kematian seorang yang bernama Alqamah, karena kedurhakaannya terhadap ibunya sendiri.

Orang yang seret dan susah kematiannya, ialah orang-orang yang semasa hidupnya banyak melakukan dosa-dosa besar; mengengkari akan ajaran Allah, pernah bersombong diri terhadap Allah, pernah mengeluarkan kata-kata yang menghipa terhadap Allah. Demikianjuga orang yang pernah melakukan pembunuhan sesama manusia tanpa alasan yang sah, atau orang yang durhaka terhadap ibu dan bapanya.

Di antara beratus atau beribu contoh, ialah kematian Josef Stalin yang menurut keterangan anaknya sendiri dengan tulisannya di berbagai surat-surat khabar, ia mati sesudah 2 x 24 jam lamanya ia membanting diri ke kiri dan ke kanan, dengan dada yang kembang-kempis, nafas-sesak, mengerang, mengeluh dan berteriak. Benar-benar sebagai yang diterangkan ayat al-Quran tersebut di atas: berbelit kepayahan demi kepayahan, celaka, celaka, celaka dan celaka. Karena melihat pemandangan yang luar biasa itu, anaknya sejak keciinya atheis, lalu mulai percaya akan adanya Tuhan, sehingga dengan kepercayaannya itu ia terpaksa meninggalkan tanahairnya, Rusia, lari ke India, Eropah, akhirnya menetap di Amerika, negara musuh bangsanya dan bapanya sendiri.

Di dalam al-Quran diterangkan sebagai berikut:
"Adapun bila yang meninggal itu adalah orang-orang yang mendekatkan diri (kepada Allah). Maka (kematian baginya) adalah lega, semerbak dan nikmat sekali." (al-Waqi'ah: 88-89)
Tegas sekali ayat tersebut menerangkan keindahan mati bagi manusia yang mendekatkan diri kepada Tuhan. Sekalipun matinya dengan mata pedang, peluru senapang, di atas tiang gantungan atau di Lubang Buaya sekalipun, baginya mati itu tetap lega, semerbak dan nikmat sekali. Berpuluh Hadis menerangkan indahnya kematian banyak sahabat Rasulullah s.a.w. baik di medan perang atau di tempat aman. Di antara mereka ada yang matinya karena luka-luka parah di sekujur batang tubuh mereka, rnereka tampaknya tak menderita, malah tenang, senyum seakan-akan mereka tak merasakan sakitnya luka parah itu. Perjuangan dan jasa-jasa baik mereka semasa hidupnya dan keyakinan (kepercayaan) mereka akan mendapatkan tempat bahagia dalam Barzakh dan Akhirat rupanya telah menyebabkan mereka menjadi kebal, tak dapat merasakan pedihnya luka dan mati itu. Sebaliknya bagi orang yang berdosa besar, semua dosa dan kesalahan yang pernah mereka lakukan akan teringat dan terbayang kembali ketika m,ereka menghadapi sakaratil-maut. lnilah yang menyebabkan penderitaan mereka menjadi berlipat-ganda sebagai yang diterangkan oleh ayat alQuran. surah al-Qiamah tadi.

Rasulullah s.a.w. sering berdoa agar dihindarkan Tuhan dari kesusahan mati dengan sabdanya: "Ya Allah, ringankanlah bagiku sakaratil-maut" Doa Rasulullah s.a.w. ini yang sebenarnya tidak perlu beliau ucapkan karena beliau adalah seorang suci, seorang Utusan Allah. Doa itu beliau ucapkan sebagai ajaran dan nasihat bagi ummatnya, supaya mereka selalu berdoa, metakukan kebajikan dan mendekatkan diri kepada Tuhan agar digampangkan dan diringankan menghadapi sakaratil-maut itu.

Perhatikanlah pula firman Allah dalam al-Quran:
"Sesungguhnya orang-orang yang berkata: "Tuhan kami Allah". lalu senantiasa meluruskan jalan hidupnya menurut ajaran Allah akan turun kepada mereka para Malaikat (di kala menghadapi maut) untuk mengenali merekajangan takut dan sedih, bahkan bergembiralah dengan Syurga yang telah dijanjikan. Kamilah yang menjadi pelindungmu dalam kehidupan dunia dan dalam kehidupan Akhirat. Bagimu dalam Syurga itu telah tersedia apa saja yang kamu inginkan, dan apa saja yang kamu minta; sebagai jamuan dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Pengasih." (Hamim as-Sajadah: 30-32)

Dengan demikian. dapatlah kita bayangkan bagaimana indahnya kematian orang-orang yang beriman dan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan. Kalau bagi orang yang masih hidup sekarang ini ayat tersebut hanya sebagai pegangan atau kepercayaan, tetapi bagi orang-orang yang beriman dan mendekatkan diri kepada Tuhan, bukan hanya sebagai pegangan kepercayaan, tetapi mereka di kala menghadapi sakaratil-maut itu melihat sendiri para malaikat yang datang menghibur itu, kepada mereka diperlihatkan betul akan Syurga yang dijanjikan Allah itu. Sebab itulah mereka tak takut dan tak sedih menghadapi maut, malah merasa gembira. senang dan lega, tidak sedih berpisah dengan dunia, anak-isteri atau keluarga.

Pengalaman berpuluh-puluh orang yang menyaksikan sendiri akan orang-orang yang baik-baik menghadapi maut menyakinkan kita akan kebenaran ayat-ayat tersebut.

Sekalipun bagaimana juga hebatnya penyakit yang sedang rilereka derita, mereka tampaknya tenang, senang, gembira, tak tampak pada wajah mereka keriuhan atau kesedihan di kala menghadapi sakaratil-maut itu. lnilah yang disebut Husnul-Khatimah atau Happy End, dalam kehidupan manusia, sekalipun sebelumnya selalu susah dan menderita. Yang paling jelek ialah Su'ul-Khatimah atau Bad End. iaitu keseretan, keluh-kesah, jeritan dalam menghadapi maut. sekalipun sebelumnya ia hidup senang, mewah dan gembira. Rasullulah s.a.w. selalu berdoa dan menganjurkan kita selalu berdoa agar diberi Husnul-Khatimah, Dijauhkan Su'ul-Khatiman.
"Ya Allah, aku mohon diberi Husnul-Khatimah, dan mohon dijauhkan dari Su'ul-Khatimah."

Sabda Rasullulh s.a.w.:
"Siapa yang suka menemui Allah, Allah suka menemuinya. dan barangsiapa yang benci menemui Allah, Allah benci pula menemuinya." Kami (para sahabat) berkata: "Semua kami membenci mati, ya Rasuluilah." Berkata Rasulullah: "Bukan demikian yang dimaksud, tetapi adalah dia itu seorang Mu'min ketika menghadapi sakaratul-maut, maka datanglah kepadanya suatu berita gembira daripada Allah Ta'ala memberitahu ke mana dia akan di bawa, maka tiada sesuatu yang lebih disukainya daripada menemui Allah Ta'ala. lantaran itu Allahjuga senang menemuinya. Adapun orang yang jahat, ataupun orang kafir, ketika dia menghadapi sakaratul-maut maka datanglah suatu berita memberitahu di mana dia akan berakhir di tempat yang celaka, atau akan dilontarkan ke dalam siksa yang berat, maka dia pun benci menemui Allah, maka Allah pula benci menemuinya." - (Riwayat Imam Ahmad dari Anas)

Di dalam Hadis yang lain: Perawi Hadis itu mengatakan; maka ramai orang pada menangis. Lalu baginda bertanya: Mengapa kamu sekalian menangis? Jawab mereka: Kami sekalian memang bencikan mati, wahai Rasulullah! Maka bersabda Rasulullah s.a.w.: Bukan begitu maksudnya, tetapi nanti apabila orang itu telah ihtidhar (nazak).

Begitulah pula hidupnya manusia akhirnya akan menemui mati juga. u'min akan mati. Si kafir juga akan mati. Si munafik pun akan mati. Mereka sekalian akan menghadapi keadilan Tuhan. Tiada seorang pun yang akan tersisih dari mati. Bagi si Mu'min itu, dia memang sudah yakin akan mati, dan hidup sesudah mati. Maka dia sentiasa beramal menurut apa yang diperintah Tuhan. Dipelihara dirinya dari segala macam dosa dan maksiat supaya nanti, apabila dia sudah mati, dia akan menemui Tuhan, sedang Tuhan meridhainya, sebab itu dia suka sekali menemui Tuhan.

Akan tetapi si kafir, perhatiannya semua kepada dunia semata. Dunialah yang akan membawa kebahagiaan atau kesusahan. Dia tiada yakin, bahwa sesudah mati nanti akan ada hidup yang lain, akan ada kebangkitan dan nusyur, akan ada pertanyaan dan keadilan, akan ada syurga dan neraka, jadi dia merasa takut akan mati, tidak mahu mati, kerana mati itu bererti akan meninggalkan 'hidup di dunia ini.

Ataupun, jika nanti diberitahu kepadanya, apabila sudah mati akan menghadapi semua perkara-perkara tersebut di atas itu, dan bahwa nasibnya kerana kufur dan syirik itu, akan dilontarkan saja ke dalam neraka, maka dia merasa takut. Dia tidak ingin mati, dan tidak ingin menemui Tuhan untuk menanggung segala macam siksa yang sedang menungguinya itu. Sebab itu Tuhan juga tidak suka menemui orang-orang yang kafir itu.

Dalam banyak Hadis diterangkan, bagaimana indahnya mati itu bagi orang yang beriman dan bagaimana seramnya bagi orang yang engkar. Ada orang yang matinya dengan tiba-tiba, ' tanpa menderita penyakit lebih dahulu, dan ada pula yang sesudah menderita sakit lebih dahulu berminggu atau berbulan, bahkan bertahun. Menurut Rasulullah s.a.w., lebih baik menderita sakit lebih dahulu, sebab makin lama orang sakit, dia semakin sadar menghadapi mati, makin tebal imannya, sehingga dia mempunyai kesempatan untuk ber-taubat, mensucikan diri. Dengan keimanan dan kesucian itu, orang akan lebih ber'sih menghadapi mati, dan keluarga yang ditinggalkan tidak terperanjat, sehingga kurang bahayanya bagi yang ditinggalkan.
Begitulah mati di waktu umur sudah terlalu lanjut, sehingga menjadi pikun, Rasulullah s.a.w. tak menyukainya, sehingga Rasuluilah sering berdoa:
"Aku mohon perlindungan Engkau dari umur yang terlalu lanjut."
Yakni Rasulullah s.a.w. berlindung diri kepada Allah s.w.t supaya tidak hidup hingga terlalu tua sampai ke usia tua bangka, yang akan menyebabkan manusia nyanyuk, dan sudah tidak kenalkan dirinya lagi. Dan mati itu, apabila sampai masanya, tidak ada tangguh-tangguh lagi, sesuai dengan bunyi firman Allah Ta'ala:
Apabila sampai ajalnya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sedikit pun dan tidak dapat mendahuluinya. " (a]-A'raf: 34)


Dalam pada itu Rasulullah menerangkan bahwa bagi orang Yang berumur terlalu lanjut itu banyak pula kebaikannya. Orangnya semakin sadar, semakin kuat beribadat, semakin dapat mensucikan diri dengan taubat dan ibadat, sehingga orang itu hapus segala dosanya, sehingga di-amin oleh Allah masuk Syurga.

Sabda Rasuluilah s.a.w.:
"Barangsiapa yang dipanjangkan umurnya di dalam beragama Islam mencapai 40 tahun, dihindarkan Allah dia dari berbagai bencana, gila, kusta dan sopak. Bila mencapai 50 tahun, Allah akan ringankan perhisabannya. Bila mencapai 60 tahun, Allah anugerahkan kepadanya sifat mendekatkan diri kepada Allah. Bila mencapai 70 tahun, diampuni Allah dosanya yang ulu dan yang sekarang, dan digelari dia "asirullah (Tawanan Allah), dan mencintainya penduduk langit (Malaikat). Bila mencapai 80 tahun, h menerima daripadanya segala kebaikannya, serta diampunkan-Nya segala kesalahannya. Bila mencapai 90 tahun, Allah mengampuni segala dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang, dan dia dikira sebagai tawanan Allah di buminya, dan Allah mengizinkannya untuk mensyafaat-kan sekalian ahli rumahtangga." (Riwayat Imam Ahmad daripada Anas bin Malik) Firman Allah: "Dan siapa yang Kami panjangkan umurnya, Kami kembalikan kejadiannya (sebagai anak kecil kembali), apakah mereka tidak fikirkan?" (Yasin: 68)

Sabda Rasululah pula:
Sabda Rasulullah pula: "Sebaik-baik manusia ialah orang yang panjang umurnya dan baik perbuatannya, dan sejelek-jelek manusia ialah orang yang panjang umurnya tetapi jelek perbuatannya."

0 komentar: