Dikutip dari: Indri - Bandung (NiasIsland.Com)
BAGI umat Islam di seluruh dunia, Ramadan merupakan bulan suci yang membawa berkah dan ampunan. Dalam bulan ini, umat Islam sedang menjalankan puasa selama satu bulan penuh untuk melaksanakan kewajiban salah satu dari rukun Islam. Perintah berpuasa ini terdapat dalam Alquran, surat Al-Baqarah yang berbunyi, "Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa".
Kalau kita perhatikan dan renungkan ayat ini sedalam-dalamnya, kelihatannya ayat ini mengandung arti dan tujuan tertentu, bukan hanya karena anjuran atau imbauan begitu saja supaya orang-orang melakukan puasa, siapa yang mengerjakan puasa akan mendapat ganjaran pahala, sedangkan yang tidak melaksanakan akan mendapatkan siksa. Di dalam ayat itu sepertinya ada suatu makna yang tersembunyi.
Untuk ini marilah kita perhatikan kata-kata "Hai orang-orang yang beriman". Ayat ini merupakan satu perintah yang hanya ditujukan kepada orang-orang yang beriman (beragama Islam). Padahal, orang-orang yang beriman itu barangkali sudah pasti akan menjalankan perintah berpuasa tersebut sesuai dengan rukun Islam. Akan tetapi, Allah SWT sepertinya masih merasa khawatir kalau-kalau tidak melaksanakan puasa Ramadan sebaik mungkin karena dalam ayat itu terdapat kata-kata, "sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu". Yang menjadi pemikiran kita ialah siapa "orang-orang sebelum kamu" itu sehingga perlu dimasukkan ke dalam ayat itu. Diperkirakan, apa yang dimaksud dengan orang-orang sebelum kamu itu adalah orang-orang yang di zaman pertama di muka bumi ini. Orang-orang zaman kita ini termasuk orang-orang zaman kedua.
Kemungkinan manusia zaman pertama tersebut peradabannya sudah tinggi. Karena pengetahuan mereka sudah tinggi tentulah cara berpikirnya sudah lain sehingga tidak percaya lagi dengan ajaran Tuhan. Segala sesuatu di alam dunia ini dipandang terjadi dengan sendirinya. Dengan ilmu pengetahuan yang mereka miliki dapatlah mereka membuat segala seuatu yang mereka inginkan. Mereka dapat bersenang-senang dan berbuat sesuatu tanpa mempercayai lagi adanya larangan Tuhan. Mereka tidak percaya lagi dengan takdir yang mengatur alam semesta ini. Karena perbuatan mereka yang sifatnya sudah durhaka itu dan di mata Tuhan sudah menjadi orang-orang yang tidak berguna lagi, turunlah azab berupa bencana besar (hukum kausalitas) sambil mengubah sistem kehidupan di muka bumi ini. Hampir semua dari mereka dihapuskan tertimbun di dalam bumi.
Manusia yang masih tinggal hidup tersebar di muka bumi saat ini itulah manusia zaman kedua. Jadi cukup jelas pada ayat 183 dalam surat Al-Baqarah, selain berupa perintah juga berupa peringatan keras jangan sampai tidak melaksanakan puasa bagi orang-orang yang beriman. Jangan sampai sejarah zaman pertama itu terulang lagi.
Sekarang, yang menjadi pertanyaan kita lagi ialah mengapa kita harus melakukan puasa? Perkara ini sudah banyak disampaikan oleh para ulama kita. Akan tetapi sebagai tambahan, kita harus memahami terlebih dahulu apa arti kehidupan ini? Kehidupan manusia di muka bumi sebenarnya adalah untuk sementara saja, yaitu untuk diuji. Kehidupan yang sebenarnya ialah kehidupan di akhirat nanti, kehidupan yang kekal. Proses pengembangan alam semesta, termasuk proses kehidupan bumi, semuanya diatur dengan sempurna oleh takdir yaitu hukum kausal (kausalitas).
Manusia, khususnya orang-orang yang beriman, akan mengalami ujian. Ujian tersebut dapat berupa godaan yang dapat dilakukan oleh apa yang dinamakan setan. Setan dapat disamakan dengan penyakit bagi manusia. Setan ialah sesuatu yang dapat merusak menusia. Yang dapat menjadi setan ialah jin, manusia, hewan, kuman, virus, dll. Setan berada di lingkungan kehidupan yang selalu mengintip mangsanya, terutama manusia.
Dalam menempuh perjuangan hidup, manusia selalu mendapat rintangan sehingga harus bekerja keras dan mengalami pengorbanan. Di dalam surat Al-'Ashr, Allah mengatakan bahwa sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Penyakit (setan) masuk ke badan manusia terus ke perut melalui mulut, hidung, mata, telinga, dan lubang lainnya. Penyakit yang paling berbahaya bagi manusia ialah penyakit hati atau penyakit mental. Penyakit setan ini bersemayam di simpul-simpul saraf yang memengaruhi cara berpikir manusia dan proses pertumbuhan badan. Penyakit hati tersebut misalnya, penyakit lemah iman, sering bohong, suka menipu, suka maling dan korupsi, suka zina, malas kerja. Penyakit ini dapat disembuhkan hanya dengan jalan berpuasa.
Pertanyaan berikutnya ialah mengapa puasa mesti dilaksanakan pada bulan Ramadan? Salah satu sebabnya sudah jelas bahwa Rasulullah saw., bersabda, "Ramadan adalah bulan suci yang penuh berkah, rahmat dan ampunan". Ditambah lagi surat Al-Baqarah mengatakan bahwa Malam Qadar lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Dari ayat ini jelas kelihatan bahwa Tuhan dengan penuh kasih sayang-Nya setiap satu tahun sekali mengadakan evaluasi kepada sistem kehidupan di muka bumi ini dan sekaligus mengadakan perbaikan. Tanah yang sudah mulai kurang subur disuburkan kembali. Tumbuh-tumbuhan dan tanaman menjadi segar memberikan buah-buahan yang lebat guna memakmurkan hewan dan manusia. Peternakan berkembang biak. Manusia yang sudah mulai kena stres disegarkan kembali agar dapat bertakwa, yaitu agar dapat menjalankan perintah Allah dengan penuh keikhlasan dan menjauhi larangan-Nya.
Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Orang-orang yang melaksanakan puasa dalam bulan Ramadan dapat diibaratkan sebagai sebuah mobil yang menjalani perbaikan (reparasi) besar-besaran (turun mesin). Ramadan dikatakan bulan suci yang penuh berkah (energi dan rezeki) dan ampunan (penyembuhan). Kalau kita tinjau secara ilmiah, Tuhan menurunkan malaikat-malaikat ke bumi dapat diartikan sebagai memberikan energi baru kepada sistem kehidupan di muka bumi. Energi ini berupa radiasi (penyinaran) matahari yang penyebarannya secara meluas sehingga memberikan hawa segar kepada kehidupan. Penyinaran ini terjadi sepanjang bulan Ramadan. Puncak penyinaran terjadi pada malam Qadar, mungkin tatkala terjadi transit antara planet-planet dengan matahari.
Malam Qadar lebih baik dari seribu bulan. Kalau kita renungkan kata-kata ini secara logis, kelihatan bahwa Tuhan mengevaluasi dan memperbaiki sistem kehidupan di bumi ini bukan hanya setiap satu tahun sekali, melainkan pula dilakuakn dalam setiap seribu bulan sekali. Seribu bulan sama dengan kira-kira 83 tahun. Bedanya dengan kejadian pada malam Qadar, pada tiap seribu bulan sekali selain terjadi perbaikan sistem kehidupan juga terjadi perombakan secara besar-besaran, yang kadang-kadang berupa bencana besar seperti gempa, ledakan gunung berapi, badai dan topan, gelombang pasang, dan gelombang panas.
Secara ilmiah, ini terjadi disebabkan juga oleh gravitasi secara radiasi matahari yang sebenarnya terpusat ke muka bumi, yang kadang-kadang dapat menimbulkan pembakaran, diperkirakan seperti terjadi di daerah Tunguskha Siberia pada tahun 1908. Akibat perbesaran radiasi matahari dapat memecahkan planet-planet menjadi batu-batu meteor. Batu-batu meteor ini dapat berjatuhan di muka bumi. Batu-batu itu dapat dipakai Allah untuk membinasakan kaum durhaka di zaman Nabi Luth di negeri Sodom dan Gomorah. Di samping batu-batu yang berjatuhan juga mereka dihantam oleh ledakan-ledakan petir yang membakar hangus, mereka musnah tanpa kesempatan untuk mengelak dan mendebat.
Ancaman yang demikian senantisa tersedia untuk setiap bangsa yang durhaka, yang tidak peduli dengan larangan Tuhan lagi. Hanya Allah yang dapat menentukan bangsa durhaka mana yang akan disiksanya di muka bumi ini. Tentara gajah di zaman sebelum kelahiran Muhammad saw., telah dimusnahkan oleh batu-batu panas yang berjatuhan, musnah bagaikan debu kering karena mereka akan meruntuhkan Kakbah di Mekah dan mereka menentang agama Ibrahim. Simpulannya, pada bulan Ramadan terjadi perbaikan sistem kehidupan tanpa hukuman. Mudah-mudahan bangsa kita jangan menjadi kaum durhaka yang akan mendapat siksaan.
Kalau kita perhatikan dan renungkan ayat ini sedalam-dalamnya, kelihatannya ayat ini mengandung arti dan tujuan tertentu, bukan hanya karena anjuran atau imbauan begitu saja supaya orang-orang melakukan puasa, siapa yang mengerjakan puasa akan mendapat ganjaran pahala, sedangkan yang tidak melaksanakan akan mendapatkan siksa. Di dalam ayat itu sepertinya ada suatu makna yang tersembunyi.
Untuk ini marilah kita perhatikan kata-kata "Hai orang-orang yang beriman". Ayat ini merupakan satu perintah yang hanya ditujukan kepada orang-orang yang beriman (beragama Islam). Padahal, orang-orang yang beriman itu barangkali sudah pasti akan menjalankan perintah berpuasa tersebut sesuai dengan rukun Islam. Akan tetapi, Allah SWT sepertinya masih merasa khawatir kalau-kalau tidak melaksanakan puasa Ramadan sebaik mungkin karena dalam ayat itu terdapat kata-kata, "sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu". Yang menjadi pemikiran kita ialah siapa "orang-orang sebelum kamu" itu sehingga perlu dimasukkan ke dalam ayat itu. Diperkirakan, apa yang dimaksud dengan orang-orang sebelum kamu itu adalah orang-orang yang di zaman pertama di muka bumi ini. Orang-orang zaman kita ini termasuk orang-orang zaman kedua.
Kemungkinan manusia zaman pertama tersebut peradabannya sudah tinggi. Karena pengetahuan mereka sudah tinggi tentulah cara berpikirnya sudah lain sehingga tidak percaya lagi dengan ajaran Tuhan. Segala sesuatu di alam dunia ini dipandang terjadi dengan sendirinya. Dengan ilmu pengetahuan yang mereka miliki dapatlah mereka membuat segala seuatu yang mereka inginkan. Mereka dapat bersenang-senang dan berbuat sesuatu tanpa mempercayai lagi adanya larangan Tuhan. Mereka tidak percaya lagi dengan takdir yang mengatur alam semesta ini. Karena perbuatan mereka yang sifatnya sudah durhaka itu dan di mata Tuhan sudah menjadi orang-orang yang tidak berguna lagi, turunlah azab berupa bencana besar (hukum kausalitas) sambil mengubah sistem kehidupan di muka bumi ini. Hampir semua dari mereka dihapuskan tertimbun di dalam bumi.
Manusia yang masih tinggal hidup tersebar di muka bumi saat ini itulah manusia zaman kedua. Jadi cukup jelas pada ayat 183 dalam surat Al-Baqarah, selain berupa perintah juga berupa peringatan keras jangan sampai tidak melaksanakan puasa bagi orang-orang yang beriman. Jangan sampai sejarah zaman pertama itu terulang lagi.
Sekarang, yang menjadi pertanyaan kita lagi ialah mengapa kita harus melakukan puasa? Perkara ini sudah banyak disampaikan oleh para ulama kita. Akan tetapi sebagai tambahan, kita harus memahami terlebih dahulu apa arti kehidupan ini? Kehidupan manusia di muka bumi sebenarnya adalah untuk sementara saja, yaitu untuk diuji. Kehidupan yang sebenarnya ialah kehidupan di akhirat nanti, kehidupan yang kekal. Proses pengembangan alam semesta, termasuk proses kehidupan bumi, semuanya diatur dengan sempurna oleh takdir yaitu hukum kausal (kausalitas).
Manusia, khususnya orang-orang yang beriman, akan mengalami ujian. Ujian tersebut dapat berupa godaan yang dapat dilakukan oleh apa yang dinamakan setan. Setan dapat disamakan dengan penyakit bagi manusia. Setan ialah sesuatu yang dapat merusak menusia. Yang dapat menjadi setan ialah jin, manusia, hewan, kuman, virus, dll. Setan berada di lingkungan kehidupan yang selalu mengintip mangsanya, terutama manusia.
Dalam menempuh perjuangan hidup, manusia selalu mendapat rintangan sehingga harus bekerja keras dan mengalami pengorbanan. Di dalam surat Al-'Ashr, Allah mengatakan bahwa sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Penyakit (setan) masuk ke badan manusia terus ke perut melalui mulut, hidung, mata, telinga, dan lubang lainnya. Penyakit yang paling berbahaya bagi manusia ialah penyakit hati atau penyakit mental. Penyakit setan ini bersemayam di simpul-simpul saraf yang memengaruhi cara berpikir manusia dan proses pertumbuhan badan. Penyakit hati tersebut misalnya, penyakit lemah iman, sering bohong, suka menipu, suka maling dan korupsi, suka zina, malas kerja. Penyakit ini dapat disembuhkan hanya dengan jalan berpuasa.
Pertanyaan berikutnya ialah mengapa puasa mesti dilaksanakan pada bulan Ramadan? Salah satu sebabnya sudah jelas bahwa Rasulullah saw., bersabda, "Ramadan adalah bulan suci yang penuh berkah, rahmat dan ampunan". Ditambah lagi surat Al-Baqarah mengatakan bahwa Malam Qadar lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Dari ayat ini jelas kelihatan bahwa Tuhan dengan penuh kasih sayang-Nya setiap satu tahun sekali mengadakan evaluasi kepada sistem kehidupan di muka bumi ini dan sekaligus mengadakan perbaikan. Tanah yang sudah mulai kurang subur disuburkan kembali. Tumbuh-tumbuhan dan tanaman menjadi segar memberikan buah-buahan yang lebat guna memakmurkan hewan dan manusia. Peternakan berkembang biak. Manusia yang sudah mulai kena stres disegarkan kembali agar dapat bertakwa, yaitu agar dapat menjalankan perintah Allah dengan penuh keikhlasan dan menjauhi larangan-Nya.
Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Orang-orang yang melaksanakan puasa dalam bulan Ramadan dapat diibaratkan sebagai sebuah mobil yang menjalani perbaikan (reparasi) besar-besaran (turun mesin). Ramadan dikatakan bulan suci yang penuh berkah (energi dan rezeki) dan ampunan (penyembuhan). Kalau kita tinjau secara ilmiah, Tuhan menurunkan malaikat-malaikat ke bumi dapat diartikan sebagai memberikan energi baru kepada sistem kehidupan di muka bumi. Energi ini berupa radiasi (penyinaran) matahari yang penyebarannya secara meluas sehingga memberikan hawa segar kepada kehidupan. Penyinaran ini terjadi sepanjang bulan Ramadan. Puncak penyinaran terjadi pada malam Qadar, mungkin tatkala terjadi transit antara planet-planet dengan matahari.
Malam Qadar lebih baik dari seribu bulan. Kalau kita renungkan kata-kata ini secara logis, kelihatan bahwa Tuhan mengevaluasi dan memperbaiki sistem kehidupan di bumi ini bukan hanya setiap satu tahun sekali, melainkan pula dilakuakn dalam setiap seribu bulan sekali. Seribu bulan sama dengan kira-kira 83 tahun. Bedanya dengan kejadian pada malam Qadar, pada tiap seribu bulan sekali selain terjadi perbaikan sistem kehidupan juga terjadi perombakan secara besar-besaran, yang kadang-kadang berupa bencana besar seperti gempa, ledakan gunung berapi, badai dan topan, gelombang pasang, dan gelombang panas.
Secara ilmiah, ini terjadi disebabkan juga oleh gravitasi secara radiasi matahari yang sebenarnya terpusat ke muka bumi, yang kadang-kadang dapat menimbulkan pembakaran, diperkirakan seperti terjadi di daerah Tunguskha Siberia pada tahun 1908. Akibat perbesaran radiasi matahari dapat memecahkan planet-planet menjadi batu-batu meteor. Batu-batu meteor ini dapat berjatuhan di muka bumi. Batu-batu itu dapat dipakai Allah untuk membinasakan kaum durhaka di zaman Nabi Luth di negeri Sodom dan Gomorah. Di samping batu-batu yang berjatuhan juga mereka dihantam oleh ledakan-ledakan petir yang membakar hangus, mereka musnah tanpa kesempatan untuk mengelak dan mendebat.
Ancaman yang demikian senantisa tersedia untuk setiap bangsa yang durhaka, yang tidak peduli dengan larangan Tuhan lagi. Hanya Allah yang dapat menentukan bangsa durhaka mana yang akan disiksanya di muka bumi ini. Tentara gajah di zaman sebelum kelahiran Muhammad saw., telah dimusnahkan oleh batu-batu panas yang berjatuhan, musnah bagaikan debu kering karena mereka akan meruntuhkan Kakbah di Mekah dan mereka menentang agama Ibrahim. Simpulannya, pada bulan Ramadan terjadi perbaikan sistem kehidupan tanpa hukuman. Mudah-mudahan bangsa kita jangan menjadi kaum durhaka yang akan mendapat siksaan.
0 komentar:
Post a Comment